Aku merangkak dalam gulita sunyi Tertatih di kesendirianku Sepi tenggelam dengan misteri Kebahagiaan merangkap buaian Dalam kesunyian hadir tenang dalam pancarku Namun itu semu Sebab ada takut yang tersembunyi Ada rasa yang mengganjal dalam dada Sesuatu yang tak mungkin dapat untuk dikata Dimengerti pun mungkin tak akan bisa Hanya mendesakku untuk tetap menunggu Hingga sesuatu itu dapat nyata dengan sendirinya
Aku mencintaimu, Seperti semilir angin yang menggesek ilalang Hadir hanya untuk dirasa, tanpa perlu diucap Dalam diam kunikmati tiap hembusannya Mungkin tinggal sunyi yang tersisa Diam seribu bahasa, pun tak ucap satu kata Hanya ada tatap mata yang mengandung sejuta makna Tatapan itu menembus batin ini Merasuk ke dalam sukma, meluruh hingga sumsum tulang Pudar hampa terganti cinta yang memekar Tumbuhkan rindu penasaran di tiap detiknya Namun cinta, hadir dengan sendirinya dalam kesunyian Ingin slalu dikekalkan meski dalam hening
Menunggu dan ditunggu, Apa bedanya? Menunggu akan suatu kepastian Sedangkan kepastian itu sendiri menunggu untuk ditunggu Tak ingin beranjak, Hanya diam dan menunggu Keduanya sama tak ada satu beda Tak ingin memulai, Namun tak ingin mengakhiri jua Lalu, Dapatkah mengakhiri sesuatu yang bahkan tak pernah dimulai?